Media

Catalyst Impact Forum

Catalyst Impact Forum 2024 merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh SASAKA Indonesia, bertujuan untuk mengapresiasi dan memperkuat kemitraan antara para pemangku kepentingan utama dalam inisiatif solusi aksesibiltas yaitu pembangunan jembatan bersama Sasaka di seluruh Indonesia.

Tema tahun ini, “Bridge of the Nation : Beyond Borders” mencerminkan kontribusi kolektif dari berbagai mitra dalam meningkatkan konektivitas, pemberdayaan penerima manfaat, dan mendorong pertumbuhan multi sektor, baik ekonomi , pendidikan, kesehatan dll. Forum ini akan menjadi wadah untuk menampilkan dampak dari inisiatif tersebut dan menggambarkan arah masa depan untuk upaya kolaboratif dalam membangun bangsa yang berdaya.

Forum ini akan mencakup berbagai sesi, meliputi:

  • Public Expose: Presentasi tentang dampak program pembangunan jembatan, menampilkan studi kasus, data, dan testimoni dari masyarakat.
  • Diskusi Panel: Dialog interaktif antara pemangku kepentingan tentang pentingnya pengembangan infrastruktur jembatan dan pemberdayaan masyarakat.
  • Sesi Jejaring: Waktu untuk peserta terhubung dan mengeksplorasi potensi kemitraan.
  • Ruang Apresiasi: Penghargaan kepada mitra strategis atas kontribusi dalam kolaborasi luar biasa mereka dalam inisiatif pembangunan jembatan Sasaka.

Form Registrasi Catalyst Impact Forum:

Peresmian Jembatan BRILiaN Garisul

Pada tanggal 12 Oktober 2024, warga Kampung Kalong Dagul dan Kampung Garisul, Desa Kalong Sawah, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, akhirnya merasakan momen bersejarah dengan diresmikannya Jembatan BRILiaN Garisul. Jembatan yang telah dinantikan ini menjadi simbol kolaborasi dan kepedulian terhadap aksesibilitas serta keselamatan bagi masyarakat setempat, menghubungkan dua kampung yang selama ini terpisah oleh sungai.

Peresmian jembatan ini merupakan hasil kerja sama yang erat antara SASAKA Indonesia dan YBM BRILiaN, dua lembaga yang memiliki komitmen tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat melalui akses infrastruktur yang lebih baik. Bagi warga kedua kampung, jembatan ini bukan hanya sebagai fasilitas fisik semata, tetapi juga solusi terhadap kendala transportasi yang telah dirasakan bertahun-tahun. Selama ini, warga, terutama anak-anak sekolah dan pekerja, harus menyeberangi sungai atau memutar jalan yang memakan waktu dan berisiko tinggi. Dengan adanya Jembatan BRILiaN Garisul, akses di antara Kp. Kalong Dagul dan Kp. Garisul kini menjadi lebih mudah, aman, dan nyaman.

Acara peresmian ini berlangsung meriah dengan dihadiri oleh pengurus yayasan YBM BRILiaN, perwakilan SASAKA Indonesia, kepala desa setempat, serta tokoh masyarakat dan warga dari kedua kampung. Momen bahagia ini dirasakan oleh semua pihak, terutama warga yang selama ini berjuang mendapatkan akses yang lebih baik. Kehadiran umbul-umbul berwarna-warni menghiasi jalan menuju jembatan, memperlihatkan keseriusan dan kegembiraan masyarakat dalam menyambut hadirnya jembatan baru ini.

Dalam sambutannya, perwakilan YBM BRILiaN menyatakan bahwa infrastruktur yang memadai adalah hal fundamental bagi kesejahteraan masyarakat. Mereka berharap agar Jembatan BRILiaN Garisul ini tidak hanya menjadi sarana penghubung, tetapi juga simbol persatuan dan semangat gotong royong yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat. Hal senada diungkapkan oleh perwakilan SASAKA Indonesia, yang menyebutkan bahwa kolaborasi dalam pembangunan jembatan ini adalah bentuk nyata dari kepedulian bersama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah terpencil.

Warga setempat menyambut baik peresmian ini. Bagi mereka, jembatan ini adalah jawaban atas harapan dan doa yang telah lama dinantikan. “Sekarang, anak-anak bisa pergi ke sekolah tanpa harus memutar jauh atau khawatir saat menyeberangi sungai,” ungkap salah seorang warga dengan penuh syukur.

Jembatan BRILiaN Garisul menjadi contoh nyata betapa kolaborasi lintas lembaga dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Semoga dengan hadirnya jembatan ini, aktivitas warga antara kedua kampung dapat berlangsung lebih lancar, dan ekonomi lokal pun ikut berkembang.

Rencana Pembangunan Jembatan Jamanis di Desa Tanjungmekar, Kabupaten Tasikmalaya

Pekan depan, Desa Tanjungmekar di Kecamatan Jamanis, Kabupaten Tasikmalaya akan memulai proyek renovasi penting: pembangunan ulang Jembatan Jamanis yang menghubungkan desa mereka dengan Kabupaten Ciamis. Jembatan ini, yang saat ini sudah sangat tidak layak pakai, memiliki alas pijak yang terbuat dari bambu hasil swadaya dan gotong royong masyarakat setempat. Kondisi ini tidak hanya mengancam keselamatan pengguna jembatan tetapi juga menghambat mobilitas dan aktivitas ekonomi warga.

Kondisi Saat Ini

Jembatan Jamanis telah lama menjadi urat nadi bagi warga Desa Tanjungmekar. Namun, kondisi fisiknya yang rapuh membuat jembatan ini berisiko tinggi, terutama saat musim hujan ketika aliran sungai meningkat. Alas bambu yang digunakan untuk pijakan sudah banyak yang lapuk dan tidak kokoh, membuat perjalanan melintasi jembatan menjadi sangat berbahaya.

Kolaborasi Sasaka Indonesia dan Lembaga Manajemen Infaq (LMI)

Menjawab tantangan ini, Sasaka Indonesia bersama dengan Lembaga Manajemen Infaq (LMI) berkolaborasi untuk merenovasi jembatan tersebut. Proyek ini bertujuan untuk membangun jembatan yang lebih aman dan nyaman dilalui oleh masyarakat. Sasaka Indonesia dan LMI berharap, dengan renovasi ini, aktivitas sehari-hari masyarakat Desa Tanjungmekar dan sekitarnya dapat berjalan dengan lebih lancar dan aman.

Dukungan dan Harapan Masyarakat

Masyarakat Desa Tanjungmekar menyambut baik rencana renovasi ini. Mereka berharap jembatan yang baru nantinya bisa menopang beban lebih banyak dan bertahan lebih lama, mengingat pentingnya jembatan ini bagi mobilitas dan perekonomian warga. Warga desa juga mengapresiasi upaya gotong royong yang selama ini telah mereka lakukan bersama dan berharap kolaborasi dengan Sasaka Indonesia dan LMI bisa membawa hasil yang maksimal.

Komitmen untuk Masa Depan

Sasaka Indonesia dan LMI berkomitmen untuk terus mendukung pembangunan infrastruktur yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan renovasi Jembatan Jamanis, diharapkan tidak hanya memperbaiki akses fisik antara dua kabupaten, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial warga setempat. Renovasi Jembatan Jamanis adalah contoh nyata bagaimana kerja sama antara organisasi dan masyarakat dapat membawa perubahan positif yang signifikan. Mari kita dukung dan pantau perkembangan proyek ini demi kesejahteraan bersama.

Tantangan Akses Penyeberangan Antar Desa di Kecamatan Batui Selatan, Sulawesi Tengah: Perjuangan Harian Siswa SD

Desa Sinorang dan Desa SPA SPB SPC, yang terletak di Kecamatan Batui Selatan, Sulawesi Tengah, menghadapi tantangan serius terkait akses penyeberangan antar desa. Kedua desa ini terpisahkan oleh sungai yang tidak memiliki jembatan penghubung, memaksa warga setempat, termasuk siswa SD, untuk menyeberangi sungai dengan rakit setiap hari.

Tidak adanya akses penyeberangan yang aman dan nyaman telah menjadi masalah kronis bagi masyarakat di wilayah ini. Terutama bagi siswa SD, setiap hari mereka harus menempuh perjalanan yang cukup berisiko hanya untuk mencapai sekolah. Proses penyeberangan sungai dengan rakit seringkali memakan waktu dan energi, serta meningkatkan risiko kecelakaan terutama pada musim hujan ketika arus sungai menjadi lebih deras.

Kondisi ini menimbulkan keprihatinan bagi para orang tua dan masyarakat setempat yang merasa khawatir akan keselamatan anak-anak mereka. Beberapa upaya sementara telah dilakukan oleh masyarakat, seperti memperbaiki rakit yang digunakan untuk menyeberangi sungai, namun masih jauh dari solusi yang ideal dan berkelanjutan.

Dalam konteks pendidikan, akses yang sulit ini juga berdampak pada tingkat partisipasi dan kualitas pendidikan siswa. Kesulitan dalam mencapai sekolah dapat menyebabkan tingkat absensi yang tinggi dan mempengaruhi konsentrasi serta kinerja akademis siswa.

Masyarakat Desa Sinorang dan Desa SPA SPB SPC bersama-sama berharap bantuan nyata untuk menangani masalah ini. Pembangunan jembatan atau peningkatan infrastruktur penyeberangan yang aman dan terjamin menjadi kebutuhan mendesak yang harus segera diprioritaskan.

Selain itu, dukungan dari pihak terkait, baik dari pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat dan donatur, juga diharapkan untuk membantu mempercepat penyelesaian masalah ini. Upaya kolaboratif dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan memberikan akses yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah terpencil ini.

Kisah ini tidak hanya menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Sinorang dan Desa SPA SPB SPC, tetapi juga menjadi cerminan dari tantangan aksesibilitas yang masih dihadapi oleh banyak wilayah pedesaan di Indonesia. Diperlukan tindakan konkret dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak untuk menciptakan perubahan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup bagi semua warga negara.

Jembatan Leuwipanoong: Perekonomian Terputus, Panggilan untuk Dukungan Donatur

Banten – Jembatan Leuwipanoong, yang menghubungkan dua kabupaten vital, menjadi titik fokus kekhawatiran karena kondisi yang sangat tidak layak. Jembatan ini adalah jalur utama antara Kecamatan Cinangka, Serang Banten, dan Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang Banten. Namun, dengan konstruksi yang terbuat hanya dari susunan bambu dan kayu, jembatan ini tidak mampu menopang beban kendaraan roda empat, membatasi akses dan menghambat pertumbuhan ekonomi kedua daerah yang berdampak bagi setidaknya 3000 jiwa.

Dengan panjang jembatan 24 meter, Jembatan Leuwipanoong adalah urat nadi perekonomian lokal. Namun, saat ini, jembatan ini hampir tidak dapat digunakan oleh kendaraan roda empat. Kondisi yang memprihatinkan ini menghambat arus transportasi dan mengisolasi komunitas di kedua sisi sungai.

Menyadari urgensi situasi ini, kami, bersama dengan pemerintah desa, mengajukan panggilan kepada para donatur untuk berkontribusi dalam pembangunan jembatan permanen yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Dukungan dari donatur akan membantu mengembalikan aksesibilitas dan memulihkan konektivitas ekonomi, pendidikan, dan kesehatan antara kedua kabupaten.

Keadaan ini diakui Arif, seorang tokoh pemuda di wilayah tersebut, yang bercerita tentang kesulitan akses kesehatan yang dirasakan oleh warga sekitar. “Saat ini, untuk mencapai fasilitas kesehatan yang sebenarnya hanya berjarak 30 menit, kami harus memutar sejauh 2 jam karena keterbatasan jembatan,” ungkap Arif dengan nada prihatin.

Program ini tidak hanya akan meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas, tetapi juga akan membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan pengembangan infrastruktur di wilayah ini. Dengan membuka akses bagi kendaraan roda empat, jembatan baru ini akan membantu memperkuat konektivitas antar-komunitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Kami mengundang semua pihak yang peduli dengan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Banten untuk bergabung dalam upaya ini. Bersama-sama, kita dapat membangun jembatan permanen yang kokoh dan berkelanjutan, membawa harapan dan kemajuan bagi seluruh komunitas di sekitarnya.

 

1 2 3 9