Media

Kolaborasi Sasaka Indonesia & KEMENDES: Membangun Jembatan Desa Berkelanjutan

Bandung, 17 Maret 2025 – Sasaka Indonesia menerima kunjungan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KEMENDES) dalam rangka memperkuat kolaborasi untuk pembangunan jembatan di desa-desa tertinggal. Dalam pertemuan ini, kedua pihak membahas peluang, tantangan, serta strategi kolaborasi untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat melalui pembangunan jembatan.

Penguatan Kebijakan dan Fasilitasi KomunikasiKEMENDES melihat peluang untuk memperkuat kebijakan dalam mendukung pembangunan jembatan di daerah tertinggal. Upaya ini mencakup fasilitasi komunikasi dengan pemerintah daerah dan kementerian terkait, penyusunan regulasi, serta penyediaan data kebutuhan jembatan desa. Dengan adanya dukungan kebijakan yang lebih kuat, pembangunan jembatan dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Tantangan di Lapangan: Mindset Masyarakat dan Data JembatanSasaka Indonesia mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama dalam pembangunan jembatan adalah mengubah mindset masyarakat agar lebih proaktif dalam mendukung proyek infrastruktur. Selain itu, ketersediaan data yang akurat mengenai kebutuhan jembatan desa masih menjadi kendala yang perlu diatasi agar pembangunan dapat berjalan dengan tepat sasaran.

Kolaborasi dan Diferensiasi: Pemberdayaan dan KeberlanjutanKolaborasi antara KEMENDES dan Sasaka Indonesia akan dilakukan melalui berbagai skema, termasuk pendekatan Business to Business (B2B) dan Bimbingan Teknis Jembatan (Bintekjatan). Sasaka Indonesia juga menonjolkan diferensiasi dalam programnya melalui pemberdayaan masyarakat. Hal ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat dalam pembangunan jembatan serta meningkatkan keterampilan para relawan. Sasaka Indonesia juga menekankan pentingnya aspek keberlanjutan dalam setiap proyek yang dijalankan.

Komitmen untuk Keberlanjutan dan SROIKEMENDES menyatakan kesiapan untuk membantu dalam memperkuat regulasi dan tata kelola pembangunan jembatan agar berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat desa menjadi aspek utama dalam kerja sama ini, yang mencakup komitmen kepala daerah untuk berpartisipasi aktif, penguatan regulasi, peningkatan sumber daya manusia, serta tata kelola yang efektif.

Sebagai bagian dari evaluasi dampak sosial dan ekonomi, Sasaka Indonesia dan KEMENDES juga akan meninjau Social Return on Investment (SROI) dari proyek-proyek pembangunan jembatan. Dengan pendekatan ini, diharapkan pembangunan jembatan tidak hanya memberikan akses fisik, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan.

Melalui sinergi ini, Sasaka Indonesia dan KEMENDES berkomitmen untuk terus menghadirkan solusi terbaik dalam membangun akses dan konektivitas bagi masyarakat desa tertinggal, sejalan dengan visi ‘Satu Juta Meter Penyambung Asa’.

 

 

Jembatan Gantung yang Mengubah Ramadan: Dari Akses Mudah hingga Tempat Ngabuburit

Jembatan Gantung yang Mengubah Ramadan: Dari Akses Mudah hingga Tempat Ngabuburit

Sejak diresmikan tahun lalu, jembatan gantung yang dibangun oleh Sasaka Indonesia dan Kita Bisa telah membawa perubahan besar bagi masyarakat sekitar. Terletak di Desa Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, jembatan ini bukan hanya sekadar infrastruktur penghubung, tetapi juga menjadi simbol harapan dan peningkatan kualitas hidup, terutama selama bulan Ramadan.

Jembatan ini terwujud berkat dukungan penuh dari para donatur melalui Kita Bisa, yang berkolaborasi dengan Sasaka Indonesia untuk membangun akses yang lebih aman dan layak bagi masyarakat. Sebelumnya, warga harus menyeberangi sungai dengan rakit bambu yang berisiko dan memakan waktu. Kini, akses untuk membeli bahan makanan menjadi lebih mudah, dan siswa serta santri dapat pergi ke sekolah atau tempat mengaji dengan lebih aman dan cepat. Juna Kartawa, seorang warga setempat, mengungkapkan rasa syukurnya atas keberadaan jembatan ini, yang disebutnya sebagai impian lama yang akhirnya terwujud.

“Dampaknya sangat terasa, terutama di bulan Ramadan. Banyak orang yang tadinya memilih jalan memutar kini lebih memilih jalur ini. Jembatan ini juga semakin ramai dikunjungi, terutama oleh anak muda yang ngabuburit menjelang berbuka puasa,” ujarnya.

Selain meningkatkan mobilitas, jembatan ini juga membawa dampak positif pada aspek keamanan. Sebelumnya, warga merasa was-was saat menyeberang, tetapi kini jembatan ini telah menjadi jalur utama bagi banyak pengguna, termasuk pengendara motor. Namun, masih ada tantangan yang dihadapi, seperti kurangnya penerangan pada malam hari yang membuat warga merasa sedikit khawatir saat melintas.

Di musim hujan, jembatan tetap aman digunakan karena telah mendapatkan pengerasan dari warga secara swadaya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya jembatan ini bagi kehidupan masyarakat, sehingga mereka pun berinisiatif untuk menjaga dan merawatnya. Bahkan, warga telah sepakat untuk mengadakan infak khusus guna memastikan jembatan tetap dalam kondisi baik.

Tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi yang lebih aman dan efisien, jembatan ini juga berdampak pada perekonomian masyarakat. Pedagang kecil yang sebelumnya kesulitan menjangkau pasar kini lebih mudah mengangkut barang dagangan mereka. Akses ke fasilitas kesehatan juga menjadi lebih cepat, terutama bagi warga yang membutuhkan pertolongan darurat. Sebelum adanya jembatan, perjalanan ke pusat kesehatan harus ditempuh dengan jalur yang jauh dan berbahaya.

Meningkatnya kunjungan masyarakat ke jembatan ini juga memberikan dampak sosial yang positif. Anak-anak muda memanfaatkannya sebagai tempat berkumpul dan berbagi cerita, menjadikan jembatan ini sebagai ikon baru bagi Desa Naringgul. Kehadirannya tidak hanya memperlancar mobilitas tetapi juga menghidupkan kembali interaksi sosial antarwarga.

Namun, harapan masyarakat tidak berhenti pada jembatan saja. Mereka berharap ada dukungan lebih lanjut dalam bentuk fasilitas pendidikan dan pembangunan masjid, mengingat mayoritas warga di daerah ini berasal dari kalangan kurang mampu. Keberadaan infrastruktur lain yang menunjang kualitas hidup masih sangat dibutuhkan, dan peran berbagai pihak dalam membantu pengembangannya akan sangat berarti bagi masyarakat.

Sebagai langkah ke depan, Sasaka Indonesia dan masyarakat setempat terus berupaya merawat jembatan ini agar tetap berfungsi optimal dalam jangka panjang. Keberhasilan proyek ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di daerah terpencil memiliki dampak yang luas dan mendalam, tidak hanya bagi mobilitas tetapi juga bagi perekonomian, pendidikan, dan interaksi sosial.

“Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sasaka Indonesia dan para donatur melalui Kita Bisa yang telah peduli dan mewujudkan pembangunan jembatan ini. Kami berharap perhatian dan bantuan terus berlanjut untuk mendukung kebutuhan masyarakat di sini,” tutup Juna Kartawa dengan penuh harapan.

Jembatan gantung di Desa Naringgul kini menjadi bukti nyata bagaimana akses yang lebih baik dapat mengubah kehidupan masyarakat. Dengan dukungan berkelanjutan, harapan besar masyarakat setempat untuk masa depan yang lebih baik dapat terus terwujud.

 

“Jembatan Garung: Ikon Baru Wisata Swafoto dan Bermain Air yang Menghidupkan Ekonomi Warga”

SASAKA Indonesia – Pembangunan Jembatan Garung di Kampung Garung, Desa Pannyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, tidak hanya menjadi solusi infrastruktur, tetapi juga membawa dampak positif yang signifikan bagi kehidupan warga sekitar. Jembatan ini tidak hanya memudahkan akses transportasi, tetapi juga menjadi daya tarik baru bagi masyarakat, baik sebagai spot swafoto maupun destinasi wisata alam yang menawarkan pengalaman bermain air di sungai. Kehadiran Jembatan Garung telah mengubah wajah wilayah sekitarnya, membawa berkah ekonomi dan sosial bagi warga.

Spot Swafoto yang Menarik

Jembatan Garung, dengan desain modern dan kokoh, telah menjadi magnet bagi para pengunjung yang mencari lokasi swafoto instagenik. Bentangannya yang memukau, terutama saat matahari terbenam, menjadi latar belakang sempurna untuk mengabadikan momen. Banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah, berbondong-bondong datang ke Kampung Garung, Desa Pannyindangan, untuk mengambil foto dengan pemandangan jembatan yang megah.

Wisata Bermain Air di Bawah Jembatan

Tidak hanya sebagai spot swafoto, area bawah Jembatan Garung juga telah berubah menjadi destinasi wisata alam yang menarik. Sungai yang mengalir di bawahnya menawarkan kesegaran dan keseruan bagi pengunjung yang ingin bermain air. Keluarga dan anak-anak sering menghabiskan waktu di sini, menikmati suasana alam sambil berinteraksi dengan air sungai yang jernih.

Dampak Positif bagi Ekonomi Warga

Kehadiran Jembatan Garung di Kampung Garung, Desa Pannyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, tidak hanya memberikan manfaat secara sosial, tetapi juga mendongkrak perekonomian warga sekitar. Banyak warga yang memanfaatkan peluang ini dengan membuka usaha kecil-kecilan, seperti warung makan, penyewaan pelampung, atau bahkan menjadi pemandu wisata. Hal ini membuktikan bahwa pembangunan infrastruktur yang tepat dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi lokal.

“Alhamdulillah, dengan selesainya pembangunan jembatan baru di daerah kami, dampak positifnya sudah mulai terasa, terutama dalam meningkatkan perekonomian warga sekitar. Jembatan ini tidak hanya mempermudah akses transportasi, tetapi juga membuka peluang baru bagi para pedagang dan pelaku usaha untuk memperluas jaringan distribusi mereka. Dengan adanya jembatan ini, waktu tempuh untuk mengangkut barang-barang menjadi lebih singkat, sehingga biaya operasional pun dapat ditekan.” Ujar pa Eting Saat di wawancara.

Kesimpulan

Pembangunan Jembatan Garung di Kampung Garung, Desa Pannyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, telah membawa perubahan signifikan bagi warga sekitar, tidak hanya dalam hal aksesibilitas, tetapi juga dalam meningkatkan kualitas hidup dan perekonomian. Dengan menjadi ikon baru untuk swafoto dan wisata alam, jembatan ini telah menciptakan ruang interaksi sosial baru sekaligus membuka peluang usaha bagi warga. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat dapat memberikan dampak yang luas dan berkelanjutan.

Jembatan Sonam-Amgala Resmi Diresmikan, 1000 Jiwa Kini Memiliki Akses yang Lebih Baik

Pangandaran – Jembatan Sonam-Amgala yang terletak di Dusun Sukasari, Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, kini telah resmi beroperasi. Infrastruktur yang dibangun ini menjadi akses vital bagi 227 keluarga atau sekitar 1000 jiwa yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam mobilitas akibat keterbatasan sarana penghubung.

Sebelum adanya jembatan ini, masyarakat setempat hanya mengandalkan jembatan bambu sederhana yang mereka bangun secara swadaya. Namun, kondisi jembatan tersebut sangat rentan terhadap cuaca ekstrem. Ketika hujan deras mengguyur dan debit air sungai meningkat, jembatan kerap hanyut terbawa arus, sehingga aktivitas warga, khususnya petani, menjadi terganggu.

“Daerah ini termasuk daerah rawan banjir, jadi ketika masyarakat bergotong royong membuat jembatan, besoknya kalau ada banjir sudah tidak ada lagi.” Ujar Jojo selaku Sekertaris Desa Bojong.

Dengan diresmikannya Jembatan Sonam-Amgala, akses menuju lahan pertanian kini jauh lebih aman dan lancar. Sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian utama warga diharapkan dapat berkembang lebih baik, mengingat sebelumnya mobilitas untuk mengangkut hasil panen sering kali terhambat. Kini, para petani tidak lagi harus menghadapi risiko besar saat melintasi sungai untuk menuju lahan mereka.

Jembatan ini tidak hanya menjadi solusi bagi permasalahan aksesibilitas, tetapi juga memberikan dampak positif bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk pendidikan dan ekonomi. Anak-anak kini dapat berangkat ke sekolah dengan lebih aman, sementara warga memiliki jalur transportasi yang lebih andal untuk menjalankan kegiatan sehari-hari.

Peresmian Jembatan Sonam-Amgala menandai komitmen dalam membangun infrastruktur yang berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya jembatan ini, harapan akan peningkatan taraf hidup warga semakin terbuka luas, sekaligus menjadi langkah nyata dalam menciptakan akses yang lebih merata bagi komunitas yang membutuhkan.

Jembatan Leuwi Jembe: Harapan Baru di Awal Tahun 2025

Tasikmalaya – Tahun 2025 menjadi awal yang signifikan bagi Sasaka Indonesia melalui pelaksanaan pembangunan Jembatan Leuwi Jembe, yang merupakan proyek pertama pada tahun ini. Jembatan ini berlokasi di Desa Linggaraja, Kecamatan Sukaraja, dan Desa Cibalanarik, Kecamatan Tanjungjaya, serta diharapkan dapat menjadi sarana baru yang lebih baik bagi masyarakat.

Pembangunan Jembatan Leuwi Jembe telah memasuki minggu kedua. Jembatan ini dirancang dengan panjang bentang 47 meter dan lebar 1,2 meter, serta ditargetkan dapat memberikan manfaat bagi sekitar 2013 jiwa yang tinggal di sekitarnya.

Sejarah Jembatan Leuwi Jembe

Jembatan ini pertama kali didirikan pada tahun 2014 menggunakan material kayu sebagai pijakan. Sejak saat itu, jembatan ini telah menjadi infrastruktur penting yang menghubungkan dua kecamatan, khususnya untuk mendukung kegiatan pelajar, petani, pedagang, dan masyarakat umum. Selama periode 2014 hingga 2024, perbaikan dilakukan secara berkala pada papan pijak setiap dua tahun.

Kondisi terakhir pada tahun 2024 menunjukkan bahwa meskipun jembatan masih dapat digunakan, tingkat keamanannya telah menurun secara signifikan. Hal ini menjadi alasan utama untuk membangun ulang jembatan dengan struktur yang lebih kuat dan tahan lama demi memastikan keselamatan dan kenyamanan pengguna.

Harapan dan Dampak Positif

Pembangunan ulang ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Selain menjadi jalur utama untuk berbagai aktivitas, jembatan baru ini juga diperkirakan dapat mendukung perkembangan ekonomi dan pendidikan secara lebih maksimal.

Dukungan dan perhatian dari berbagai pihak terus dilibatkan dalam proses pembangunan ini hingga selesai. Keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada kolaborasi antara masyarakat, mitra pembangunan, dan donatur.

Jembatan Leuwi Jembe diharapkan mampu membawa dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Desa Linggaraja dan Desa Cibalanarik. Pembangunan ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan visi besar Sasaka Indonesia, yaitu “Satu Juta Meter Penyambung Asa,” serta menjadi contoh bagi proyek serupa di wilayah lain yang membutuhkan.